Jumat, 06 Juni 2014

Tentang Seseorang

0 comment :)
   Sudah pukul 00.00, ini sudah berganti hari. Aku masih terjaga di kamar ini. Hanya lamunan yang setia menemani pergantian hari bersamaku. Aku terdiam melihat kamar ku yang nampak berantakan. Ku tatap ruangan yang tidak terlalu besar ini dengan perlahan-lahan. Kalian tahu, saat itu lamunan sedang bersamaku. Mata ini mulai tidak fokus melihat benda-benda di ruangan itu. Aku, melihat lamunan tersenyum. Dia mengulurkan tangannya dan mengajak diri ku untuk melihat semua hal yang terjadi di kamar itu.

  Aku masih terdiam dan terus menggenggam lamunan. Dia menunjuk ke satu objek. Yah !! aku melihat diriku bersanding dengan seorang pria. Umurnya tidak jauh dari umurku. Dalam objek itu, aku tersenyum dan dia tersenyum. Sepertinya kami sadar, bahwa kami dalam objek itu terlihat bahagia dan saling memiliki. Lamunan kemudian mengajak ku untuk mengambil suatu benda. Sial !! ternyata dia memberikan handphone ku yang selalu setia menemani hari-hari ku. Lamunan memberikan kode untuk membuka setiap program yang ada di handphone. Aku menangis. Sangat iba dengan apa yang terjadi. Aku melihat di handphone itu, seseorang terlalu berusaha dan yang lainnya hanya menanggapi sekadarnya. Mencoba memaklumi bahkan mengerti, tetapi yang lainnya masih saja kurang peduli.

   Jika aku melihat ke barat, aku dapat melihat boneka babi dan boneka kelinci yang terbuat dari kertas. Terkadang, aku melihat seseorang tersebut menatap ke boneka tersebut. Hanya berharap, hidupnya akan selalu bahagia dengan seseorang lainnya yang dia sayang. Lamunan membawa ku ke suatu tempat. Aku melihat seseorang tersebut bertemu dengan temannya. Mereka berbincang-bincang kemudian tertawa. Namun, seseorang itu sepertinya menceritakan sesuatu, mukanya sedih, menunggu sesuatu, berharap yang lebih peka, dan sedikit di perhatikan. Namun, dia hanya tersenyum simpul karena itu hanya harapan.

   Lamunan menepuk bahuku, aku hanya melihat seseorang itu sangat sedih tetapi tidak terlihat di wajahnya. Seseorang itu tersenyum dan mencoba memahami keadaannya. Seseorang itu menghela napas, berusaha untuk mengerti dengan semua hal itu. Aku, melihat seseorang itu berkata dengan lirih;

 Mungkin, kita sedang menikmati dunianya masing-masing, sehingga terlihat canggung saat bertemu dan (mungkin) sedikit tidak peka dengan satu sama lain.  
Asa ku ingin seperti ini, tetapi pada kenyataannya asa hanyalah asa. 

    Lamunan menepuk bahu ku lagi saat aku mendengar perkataan seseorang itu. Aku terdiam. Lamunan sepertinya mengajak diriku untuk kembali ke alam sadar. Bayangang seseorang itu memudar. Seperti kaset film, aku di kembalikan ke tempat semula. Di kamar dan terjaga. Pukul 00.00 sudah berganti menjadi 01.46. Aku tidak ingin memikirkan kata-kata seseorang itu, tetapi kata-kata itu terus saja teringat di pikiranku.

  *****




Sabtu, 31 Mei 2014

Ilusi

0 comment :)
         Saya terdiam menatap layar komputer ini. Lembar kerja saya nampak putih kosong belum ada coretan sama sekali. Beberapa kali saya mencoba menuliskan beberapa kalimat di layar komputer kemudian saya menghapusnya kembali. Seolah-olah tidak ada kata yang cocok untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran saya. Lembar kerja saya kosong kembali dan saya terdiam lagi menatap layar komputer. Saya membuka jendela kamar agar mendapatkan inspirasi, tetapi yang ada saya terdiam melihat jalan-jalan yang berada di bawah kamar saya. Apabila menoleh ke kanan, saya dapat melihat pos ronda yang sering ramai dengan pemuda-pemuda desa. Sedangkan sebelah kiri, terdapat sepasang kekasih sedang bercumbu di bawah lampu jalan yang reman-remang. Saya menikmati setiap apa yang saya lihat malam itu.
      Layar komputer itu masih menyala. Lembar kerja saya masih putih kosong. Sepasang kekasih yang sedang bercumbu itu kemudian menghilang entah tak tahu kemana. Sedangkan pos ronda masih ramai dengan para pemuda desa. Handphone saya sepertinya berbunyi. Terdengar dering lagu yang cukup nyaring di ruangan ini. Saya berharap yang menelepon saya adalah . . . . ah sudahlah, mana mungkin itu terjadi. Saya mengangkat telepon itu, hanya mengatakan kata iya beberapa kali dan kata saya laksanakan di saat terakhir merupakan inti dari pesan si penelepon itu kepada saya. Komputer itu masih menyala dengan lembar kerja yang masih putih kosong. Saya memandangi langit. Nampak indah dengan bintang-bintangnya.
       Saya melihat kembali jalan-jalan yang berada di bawah kamar saya. Sekarang nampak mulai sepi, pos ronda yang tadinya ramai, mulai kehilangan para pemuda desa yang sedang berjaga, dan dengan penglihatan apa adanya, saya melhat sebuah motor di bawah lampu remang-remang. Saya mengenali motor itu. Dari fisiknya hingga warnanya. Saya memperhatikan motor di bawah lampu remang-remang dari bawah sampai atas. Hei !! ada seseorang yang duduk di motor itu. Seorang pria dengan kaos dan celana pendek hijaunya. Pria yang selalu hampir menemani hari-hari ku dengan segala hal yang di milikinya.
         Layar komputer itu tidak menyala lagi mungkin baterainya habis. Lembar kerjaku tentu saja tidak bisa dilihat. Sepertinya masih putih kosong. Aku masih melihat pria itu di sana. Tanpa pikir panjang, aku segera menutup kamar ku, aku turun ke lantai bawah untuk memastikan keberadaan pria itu. Jantungku berdebar, pikiranku hanya tertuju untuk pria itu. nafas ku terengah-engah. Sesampainya di bawah, aku hanya melihat jalanan yang kosong yang diterangi oleh lampu remang-remang, sedangkan pos ronda itu hanya tersisa beberapa pemuda yang sedang bermain kartu. Pria itu ternyata tidak ada. Mungkin itu hanya ilusi yang saya ciptakan karena keinginan bertemu denganmu.
         Saya kembali ke kamar saya. Kembali menyalakan layar komputer saya dan membuka lembar kerja saya. Tangan saya mulai mengetikan sesuatu di lembar kerjanya. Sekarang lembar kerja itu tidak putih kosong, tetapi terdapat kata-kata yang sesuai dengan apa yang ingin saya ungkapkan. Dalam paragraf terakhir, saya mencoba memberikan kesimpulan atas semua hal yang sudah ketik dalam lembar kerja;
    


   Jika dengan ilusi, aku dapat melihat rupamu. Aku ingin selalu menciptakan ilusimu setiap hari.

Minggu, 04 Mei 2014

Saya (anak) Rindu Dengan Kamu

1 comment :)
Wahai malam dengarkan keluh kesah ku hari ini. Aku ingin bercerita tentang orang yang ku sayangi. Iya, baru saja saya mengucapkan kata sayang itu. Baru juga tersadar, bahwa sebenarnya saya sangat menyayanginya. Wahai malam, mengapa saya, baru menyadari hal tersebut. Saya (anak) memang tidak pernah bisa mengatakan secara langsung bahwa saya menyayangi mereka (kedua orang tua). Mereka yang terkadang suka memarahi saya, terkadang menyebalkan bagi saya, terlalu ikut campur, dan membatasi kebebasan saya, dibalik semuayang telah mereka lakukan sebenarnya memang untuk kebaikan anaknya.

Malam, kamu tahu rasanya kehilangan. Saya pernah mengalami kehilangan beberapa kali. Meninggalnya kakek dan akung sudah membuat saya tidak semangat, dan sekarang saya merasakan kehilangan itu lagi. Dia adalah lelaki pertama yang mendidik saya agak keras, terkadang sering mengajak bertengkar di rumah, tetapi sering mengantar maupun menjemput saya jika saya membutuhkan. Dibalik sosoknya yang disiplin, keras, berwibawa, keras kepala, egois, dan seenaknya sendiri dia adalah lelaki yang bekerja keras dan menyayangi keluarga.

Sayang, saya baru menyadari hingga pagi menjelang. Saya (anak) memang tidak bisa mengungkapkan rasa sayang secara langsung. Bahkan saya (anak) terkadang begitu egois dengan keinginanya sendiri. Iya, saya ingat dia (lelaki yang menyayangi keluarga) memang sering bertengkar dengan saya, mungkin itu tanda sayangnya. Membuat rumah terlihat ramai. Kemudian dia tertawa, terus memeluk saya, mengelus rambut saya dan berkata "anak papa" sederhana,tetapi saat ini saya begitu merindukan kata-katai itu, perilakunya, bermanja-manja dengan beliau, bertengkar hal-hal sepele, bahkan saya rindu melarangnya untuk merokok di rumah.

iya, semua itu mungkin tidak akan pernah terulang lagi. saya hanya bisa mendoakannya saja. Dia (lelaki yang menyayangi keluarga) sudah tiada di dunia. 

" Pah, saya (anak) sayang padamu. Mungkin, rencana saya (anak) untuk menjadi seseorang yang dibanggakan oleh papa masih belum dapat saya wujudkan sebelum papa meninggal. Hanya kata maaf yang dapat saya katakan di blog ini. Saya (anak), mama, mas (anak pertama), dan semuanya keluarga besar menyayangi papa"



Senin, 21 April 2014

Rahasia Malam

0 comment :)
   Bangunlah, cintaku sayang, bangun! Karena hatiku saat ini memanggil namamu terus menerus di ruangan ini. Ruangan tempat aku terjaga menunggu kamu terbangun, ruangan yang mempertemukan aku dan kamu. Iya, cintaku. Hanya aku dan kamu. Malam semakin larut, suara angin dan detak jam dinding terdengar begitu keras di telingaku, banyak hal yang dapat aku lihat setelah warna gelap mengubah langit biru. Namun, hanya satu yang belum ku lihat, ya kamu. Kamu masih tetap tidak terbangun, masih terlelap dalam tidurmu. Cintaku, aku masih menunggumu untuk terbangun dan berharap kamu dapat menemani malamku yang sepi ini.
     
       Aku masih percaya akan adanya keajaiban, iya keajaiban kamu akan terbangun dari tidur lelapmu itu, cintaku. Malam ini aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku mempunyai keyakinan dapat melihat wajah tersenyumu itu. Kamu tahu, aku mulai berkhayal dan membayangkan dirimu saat terbangun cintaku. Kamu akan tersenyum dengan lesung pipitmu itu, kemudian memeluk tubuhku yang sudah begitu rindu dengan pelukanmu, beberapa kali mengusap kepala ku disaat kepanikan mulai menyerangku, dan mencium keningku sebagai rasa cinta dan tanda sayangmu. Malam sudah semakin larut dan kamu masih belum terbangun dalam tidurmu.

       Wahai cintaku, aku mempunyai rahasia yang ingin kubagi denganmu. Hanya denganmu yang masih tertidur. Kamu tahu, malam demi malam sudah aku lalui, menunggu kamu di ruangan ini, dan berharap kamu terbangun dari tidurmu. Namun, aku hanya tertawa gentir melihat dirimu masih terlelap dalam tidurmu. Mungkin aku sudah mulai terlelah menunggu sesuatu yang tidak pasti ini cintaku. Tanpa aku sadari, aku ikut terlelap di sampingmu. Akhirnya, aku melihat dirimu terbangun di saat aku terlelap di sampingmu. Kita begitu dekat, tetapi hanya terdiam, saling tersenyum, saling bertatapan satu sama lain, kemudian saling melihat raga kita masing-masing yang sudah tertimbun di tanah kuburan ini.



                                                            - selesai -
 
 

Amateur Writer Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template