Bangunlah, cintaku sayang, bangun! Karena hatiku saat ini memanggil namamu terus menerus di ruangan ini. Ruangan tempat aku terjaga menunggu kamu terbangun, ruangan yang mempertemukan aku dan kamu. Iya, cintaku. Hanya aku dan kamu. Malam semakin larut, suara angin dan detak jam dinding terdengar begitu keras di telingaku, banyak hal yang dapat aku lihat setelah warna gelap mengubah langit biru. Namun, hanya satu yang belum ku lihat, ya kamu. Kamu masih tetap tidak terbangun, masih terlelap dalam tidurmu. Cintaku, aku masih menunggumu untuk terbangun dan berharap kamu dapat menemani malamku yang sepi ini.
Aku masih percaya akan adanya keajaiban, iya keajaiban kamu akan terbangun dari tidur lelapmu itu, cintaku. Malam ini aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku mempunyai keyakinan dapat melihat wajah tersenyumu itu. Kamu tahu, aku mulai berkhayal dan membayangkan dirimu saat terbangun cintaku. Kamu akan tersenyum dengan lesung pipitmu itu, kemudian memeluk tubuhku yang sudah begitu rindu dengan pelukanmu, beberapa kali mengusap kepala ku disaat kepanikan mulai menyerangku, dan mencium keningku sebagai rasa cinta dan tanda sayangmu. Malam sudah semakin larut dan kamu masih belum terbangun dalam tidurmu.
Wahai cintaku, aku mempunyai rahasia yang ingin kubagi denganmu. Hanya denganmu yang masih tertidur. Kamu tahu, malam demi malam sudah aku lalui, menunggu kamu di ruangan ini, dan berharap kamu terbangun dari tidurmu. Namun, aku hanya tertawa gentir melihat dirimu masih terlelap dalam tidurmu. Mungkin aku sudah mulai terlelah menunggu sesuatu yang tidak pasti ini cintaku. Tanpa aku sadari, aku ikut terlelap di sampingmu. Akhirnya, aku melihat dirimu terbangun di saat aku terlelap di sampingmu. Kita begitu dekat, tetapi hanya terdiam, saling tersenyum, saling bertatapan satu sama lain, kemudian saling melihat raga kita masing-masing yang sudah tertimbun di tanah kuburan ini.
- selesai -