Minggu, 17 November 2013

Ternyata (Dia) Mirip (dengan) Mereka bagian satu

0 comment :)
perasaan kali berbeda dari sebelumnya
suka karena terbiasa atau terbiasa yang menyebabkan suka
entahlah, apapun namanya itu cuma bisa ucapkan syukur
karena telah menemani disini, iya di luar zona nyaman 
setiap bersamanya seperti merasakan suatu kenyaman
kenyaman dari mereka yang ada maupun yang sudah tidak ada 


(mungkin) saya terlalu berlebihan menuliskan kata-kata tersebut. Iya kata-kata yang tidak akan pernah keluar dari mulut saya. Terlalu sulit untuk berkata seperti itu. Kata-kata seperti itu datang tidak sengaja. iya rangkaian kata tersebut datang tanpa diundang tanpa disadari jari-jari yang sudah lama tidak dipakai untuk menulis menari dengan sendirinya merangkai kata-kata ini. Seakan jemari ini sudah hafal letak huruf dalam netbook ini. Bicara tentang perasaan memang tidak akan pernah selesai bahkan disertasi maupun skripsi pun (mungkin) idak mampu menguraikan tentang perasaan. 

sejak kapan mengenal zona nyaman maupun di luar zona nyaman? sejak kapan mulai bisa memikirkan bahkan merangkai kata tersebut? Geli melihat tulisan ini, malu melihat tulisan ini tapi anehnya justru menuliskan di blog ini. Andai Abi (almarhum kakek) masih hidup, iya pasti akan diusahakan untuk mengenalkan dia kepada Abi. Beliau yang selalu menemani masa kanak-kanak hingga sekolah dasar, beliau yang menemani hari-hari saya ketika orangtua bekerja, iya beliau yang selalu membuat semua hal yang sulit menjadi mudah. Rasa kehilangan itu sampai sekarang masih ada, masih ada rasa ingin bertemu dengannya, dulu sempat terlintas pikiran untuk menggantikan beliau disana, terlalu baik. mengapa yang baik selalu....sudah jangan menyalahkan apapun lagi.

Abi, (mungkin) ini terdengar gila, menulis tentang seseorang yang tiada dan ingin memberitahukannya bahwa saya tidak sesedih dulu, tidak kesepian seperti dulu, walaupun merasakan hal itu (mungkin) dapat disembunyikan. Sekarang sudah dua tahun tinggal di jogja, sendirian, mencoba menjadi anak yang mandiri. Bi ketika saya melamun membayangkan kasih sayang Abi dimasa kanak-kanak itu, jujur sangat merindukannya. Membelai rambut, menceritakan dongeng, menjadi teman ngobrol dan main dan semuanya yang (mungkin) terkadang tidak dapat dirasakan bersama orangtua karena kesibukannya.

(mungkin) omongan orang dulu benar, butuh waktu yang lama untuk menemukan seseorang yang cocok dengan kita. Apalagi semenjak peninggalan Abi, jujur saja saya tidak mempunyai tujuan. Namun, orangtua iya, nyokap dan bokap selalu memberi motivasi yang membuat saya bangkit. Seiring bertambah usia dan proses mencari jati diri, ya saya menyadari bahwa hidup tidak selalu sedih, sudah cukup membuat susah kedua orangtua. Masa keterpurukan seharusnya sudah hilang. Seharusnya....

Bokap adalah seorang pria dengan sifat yang tegas, tekun, disiplin, pemarah, dan baik yang tidak peka atau (mungkin) berpura-pura tidak peka terhadap saya. Terkadang merasa menyebalkan apabila tidak sependapat dengannya, tetapi merasa rindu dengan semua hal-hal baik yang beliau lakukan. Andai dapat mengucapkan terimakasih papa atas segala hal yang membuat (nama saya) sampai sekarang ini. hah !! andai mulut ini dapat berkata seperti itu, ya seandainya bisa. 

dalam lamunan di kosan, terkadang berpikir apakah ada seseorang yang mempunyai sifat bokap dan abi yang saya pernah dapat dan rasakan dahulu?



 ***
 

 

Amateur Writer Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template