Di kota ini saya sendiri dan juga merasa sepi. Aneh memang rasa sepi selalu bersama saya. Dahulu, tidak ada kata saya, tetapi kami. Kami yang dahulu sering bercanda di kala waktu luang, makan bersama, gosip, bahkan berbicara hal-hal yang tidak penting kami bicarakan. Kami memang berbeda satu dengan yang lainnya. Tujuan kami berbeda-beda. Kami berbicara dan berpikir (yang baik ataupun buruk) dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang kami buat, itu adalah kami. Kalian tahu, saya yang dahulu tidak terasa sepi. Saya menyukai cara berpikir yang seperti itu, karena itu mungkin tuhan menyatukan kami.
Saya masih saja melihat kota ini. Kota yang ramai, rasa sungkan masih ada, dan mungkin berhati baik. Hah !! kota ini terlalu baik sama saya. Kota ini mengubah saya menjadi kami, tetapi itu dahulu. Kalian tahu, waktu akan terus maju, tidak ada waktu akan mundur. Jika ada, saya tidak akan kesepian. Saya akan memutar waktu di kala kami bersama. Sudah itu saja yang saya minta. Sudah cukup di kota ini. Kami mulai terpecah. Sudah ada istilah mereka berdua, bertiga, berempat, berseterusnya. Saya mulai menyadari kota ini akan merasa sepi. Itu kenyataan karena saya mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang dahulu mereka buat. Kalian tahu, ini namanya resiko waktu yang tidak bisa mundur.
Mereka sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri. Sekarang tinggal saya. Saya mencari tempat yang mengenal kata kami. Iya, saya hanya menginginkan kata kami ada lagi di kota ini. Susah mencari, jelas saja. Hah !! saya sudah lelah mencari dan berharap ada kami selanjutnya. Dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yangsaya buat, saya memahami bahwa akan ada saya yang lain datang maupun pergi. Di kota ini saya sudah tidak mempedulikan apapun. Ramai memang ramai, jika kalian melihat jalan yang remang-remang itu akan ada pasangan yang sedang bercumbu mesra. Apabila kalian melihat ke sisi lainnya kalian akan melihat hawa yang berpakaian tertutup, tetapi ketat di bagian dadanya. Peduli apa saya dengan hal-hal itu. Saya di sini tetap saja saya.
Dia, saya menemukan dia. Saya tidak tahu kapan bertemu dengan dia. Dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang sudah saya pahami, saya mencoba mempelajari dan memahami dia. Kemudian tidak ada lagi kata saya maupun dia, tetapi Kita. Terlalu banyak tentang kita yang tidak bisa saya ceritakan. Sedih, senang, kecewa, bahagia, curiga, tertawa ataupun dengan istilah-istilah lainnya. Saya terlalu lelah membicarakan kita. Kita kita kita, ah lupakan. nanti saya akan terdiam sedih di kota ini jika membahas tentang kita. Kalian tega, jika saya terlarut dalam sedih karena sedih, sedih karena terabaikan, sedih karena berpikir..... ya kalian tahu. Mungkin dia tahu lanjutan kalimat saya.
Kota ini semakin tambah ramai, tetapi saya semakin merasa sepi. Kalian tahu, kejiwaan saya bisa tidak waras apabila seperti ini terus. Saya menemukan kami lainnya. Kami yang sekarang berbeda dengan kami yang dahulu. Di pertemukan karena satu pemikiran. Tujuan kami sama. Saya senang, walaupun terkadang terjadi konflik antar kami. Dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang mengajarkan saya, kami yang sekarang terasa hangat, tetapi saya kadang merasa sepi. Yah, kota ini memang luar biasa. Kota yang mempertemukan kami, mereka, dia, kita, dan kami lainnya. Saya sudah mulai lelah berdiri di depan halte ini. Pasangan yang di jalan reman-remang itu sudah tidak ada lagi. Saya tidak akan memikirkan macam-macam mengenai kita maupun dia yang mendekati kita. AH !! sudahlah, sudah waktunya pulang. Sudah waktunya mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan ada harus istirahat.
Mungkin, saya sayang dengan kalian semua
(kami dahulu, dia yang menjadi kita, dan kami lainnya)
0 comment :):
Posting Komentar