Rabu, 10 September 2014

Kami, Dia, Kita, dan Kami lainnya

0 comment :)
    Di kota ini saya sendiri dan juga merasa sepi. Aneh memang rasa sepi selalu bersama saya. Dahulu, tidak ada kata saya, tetapi kami. Kami yang dahulu sering bercanda di kala waktu luang, makan bersama, gosip, bahkan berbicara hal-hal yang tidak penting kami bicarakan. Kami memang berbeda satu dengan yang lainnya. Tujuan kami berbeda-beda. Kami berbicara dan berpikir (yang baik ataupun buruk) dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang kami buat, itu adalah kami. Kalian tahu, saya yang dahulu tidak terasa sepi. Saya menyukai cara berpikir yang seperti itu, karena itu mungkin tuhan menyatukan kami.

    Saya masih saja melihat kota ini. Kota yang ramai, rasa sungkan masih ada, dan mungkin berhati baik. Hah !! kota ini terlalu baik sama saya. Kota ini mengubah saya menjadi kami, tetapi itu dahulu. Kalian tahu, waktu akan terus maju, tidak ada waktu akan mundur. Jika ada, saya tidak akan kesepian. Saya akan memutar waktu di kala kami bersama. Sudah itu saja yang saya minta. Sudah cukup di kota ini. Kami mulai terpecah. Sudah ada istilah mereka berdua, bertiga, berempat, berseterusnya. Saya mulai menyadari kota ini akan merasa sepi. Itu kenyataan karena saya mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang dahulu mereka buat. Kalian tahu, ini namanya resiko waktu yang tidak bisa mundur.

    Mereka sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri. Sekarang tinggal saya. Saya mencari tempat yang mengenal kata kami. Iya, saya hanya menginginkan kata kami ada lagi di kota ini. Susah mencari, jelas saja. Hah !! saya sudah lelah mencari dan berharap ada kami selanjutnya. Dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yangsaya buat, saya memahami bahwa akan ada saya yang lain datang maupun pergi. Di kota ini saya sudah tidak mempedulikan apapun. Ramai memang ramai, jika kalian melihat jalan yang remang-remang itu akan ada pasangan yang sedang bercumbu mesra. Apabila kalian melihat ke sisi lainnya kalian akan melihat hawa yang berpakaian tertutup, tetapi ketat di bagian dadanya. Peduli apa saya dengan hal-hal itu. Saya di sini tetap saja saya. 

   Dia, saya menemukan dia. Saya tidak tahu kapan bertemu dengan dia. Dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang sudah saya pahami, saya mencoba mempelajari dan memahami dia. Kemudian tidak ada lagi kata saya maupun dia, tetapi Kita. Terlalu banyak tentang kita yang tidak bisa saya ceritakan. Sedih, senang, kecewa, bahagia, curiga, tertawa ataupun dengan istilah-istilah lainnya. Saya terlalu lelah membicarakan kita. Kita kita kita, ah lupakan. nanti saya akan terdiam sedih di kota ini jika membahas tentang kita. Kalian tega, jika saya terlarut dalam sedih karena sedih, sedih karena terabaikan, sedih karena berpikir..... ya kalian tahu. Mungkin dia tahu lanjutan kalimat saya.

    Kota ini semakin tambah ramai, tetapi saya semakin merasa sepi. Kalian tahu, kejiwaan saya bisa tidak waras apabila seperti ini terus. Saya menemukan kami lainnya. Kami yang sekarang berbeda dengan kami yang dahulu. Di pertemukan karena satu pemikiran. Tujuan kami sama. Saya senang, walaupun terkadang terjadi konflik antar kami. Dengan mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan yang mengajarkan saya, kami yang sekarang terasa hangat, tetapi saya kadang merasa sepi. Yah, kota ini memang luar biasa. Kota yang mempertemukan kami, mereka, dia, kita, dan kami lainnya. Saya sudah mulai lelah berdiri di depan halte ini. Pasangan yang di jalan reman-remang itu sudah tidak ada lagi. Saya tidak akan memikirkan macam-macam mengenai kita maupun dia yang mendekati kita. AH !! sudahlah, sudah waktunya pulang. Sudah waktunya  mata, imajinasi, khayalan, kenyataan yang terjadi, yang terdengar, dan dari tulisan-tulisan ada harus istirahat. 









Mungkin, saya sayang dengan kalian semua
(kami dahulu, dia yang menjadi kita, dan kami lainnya)


   
  
  

Sabtu, 16 Agustus 2014

Saya dan Wanita Dalam Cermin

0 comment :)
  Siang ini seperti biasa saya menatap layar handphone. Menunggu dan menanti pesan yang tak kunjung datang. Hari ini tepat seminggu saya menanti. Cermin itu menatap saya. Wanita dalam cermin menatap saya dengan tatapan yang menyedihkan. Terlihat gelisah. Muram dan berwajah sendu. Jika kalian menatap matanya, kalian akan merasakan rasa sedih yang dia rasakan. Air matanya sudah kering. Tatapan matanya begitu kosong. Saya hanya tersenyum melihat wanita dalam cermin tersebut. 

   Layar handphone saya masih tidak ada tanda-tanda bahwa pesan tersebut akan datang. Tangan ini ingin mengirimkan suatu pesan ke seseorang, tetapi saya mengurungkan niat tersebut. Pasti menganggu. Saya tidak ingin menganggu. Apabila saya mengirimkan pesan tersebut saya berarti mengganggunya. Saya melihat kembali wanita dalam cermin tersebut. Wanita itu masih terdiam dengan wajah sendunya. Sesekali wanita tersebut melihat ke arah saya. Ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak terlalu terdengar.

    Kamar ini dingin sama halnya dengan handphone ini. AH !! sial, hati ini mulai gundah kembali. Masih menunggu dan menanti pesan yang tidak kunjung datang. Saya menatap cermin itu, kini saya sejajar dengan wanita dalam cermin itu. Wajah kami kini berdekatan, Wajah saya dan wanita dalam cermin kini terlihat sama. Terlihat sendu dengan tatapan kosong. Saya dan wanita dalam cermin melihat ke arah handphone. Kini, layar handphone tersebut tertera nama seseorang. Namun, pesan yang saya nanti tidak kunjung datang. Wanita dalam cermin dan saya memberanikan diri untuk mengetikan sesuatu di layar handphone.

Hai sayang, aku rindu. Andai dengan tulisan rindu dapat mengobati rasa rindu, aku akan tuliskan kata rindu kepadamu tiap hari di saat, rasa rindu itu sedang merengek.

  Ingin tulisan itu saya kirim  ke seseorang itu, tetapi wanita dalam cermin mencegah keinginan saya. Dalam kamar ini, saya masih terdiam bersama dengan wanita di dalam cermin itu.

Jumat, 06 Juni 2014

Tentang Seseorang

0 comment :)
   Sudah pukul 00.00, ini sudah berganti hari. Aku masih terjaga di kamar ini. Hanya lamunan yang setia menemani pergantian hari bersamaku. Aku terdiam melihat kamar ku yang nampak berantakan. Ku tatap ruangan yang tidak terlalu besar ini dengan perlahan-lahan. Kalian tahu, saat itu lamunan sedang bersamaku. Mata ini mulai tidak fokus melihat benda-benda di ruangan itu. Aku, melihat lamunan tersenyum. Dia mengulurkan tangannya dan mengajak diri ku untuk melihat semua hal yang terjadi di kamar itu.

  Aku masih terdiam dan terus menggenggam lamunan. Dia menunjuk ke satu objek. Yah !! aku melihat diriku bersanding dengan seorang pria. Umurnya tidak jauh dari umurku. Dalam objek itu, aku tersenyum dan dia tersenyum. Sepertinya kami sadar, bahwa kami dalam objek itu terlihat bahagia dan saling memiliki. Lamunan kemudian mengajak ku untuk mengambil suatu benda. Sial !! ternyata dia memberikan handphone ku yang selalu setia menemani hari-hari ku. Lamunan memberikan kode untuk membuka setiap program yang ada di handphone. Aku menangis. Sangat iba dengan apa yang terjadi. Aku melihat di handphone itu, seseorang terlalu berusaha dan yang lainnya hanya menanggapi sekadarnya. Mencoba memaklumi bahkan mengerti, tetapi yang lainnya masih saja kurang peduli.

   Jika aku melihat ke barat, aku dapat melihat boneka babi dan boneka kelinci yang terbuat dari kertas. Terkadang, aku melihat seseorang tersebut menatap ke boneka tersebut. Hanya berharap, hidupnya akan selalu bahagia dengan seseorang lainnya yang dia sayang. Lamunan membawa ku ke suatu tempat. Aku melihat seseorang tersebut bertemu dengan temannya. Mereka berbincang-bincang kemudian tertawa. Namun, seseorang itu sepertinya menceritakan sesuatu, mukanya sedih, menunggu sesuatu, berharap yang lebih peka, dan sedikit di perhatikan. Namun, dia hanya tersenyum simpul karena itu hanya harapan.

   Lamunan menepuk bahuku, aku hanya melihat seseorang itu sangat sedih tetapi tidak terlihat di wajahnya. Seseorang itu tersenyum dan mencoba memahami keadaannya. Seseorang itu menghela napas, berusaha untuk mengerti dengan semua hal itu. Aku, melihat seseorang itu berkata dengan lirih;

 Mungkin, kita sedang menikmati dunianya masing-masing, sehingga terlihat canggung saat bertemu dan (mungkin) sedikit tidak peka dengan satu sama lain.  
Asa ku ingin seperti ini, tetapi pada kenyataannya asa hanyalah asa. 

    Lamunan menepuk bahu ku lagi saat aku mendengar perkataan seseorang itu. Aku terdiam. Lamunan sepertinya mengajak diriku untuk kembali ke alam sadar. Bayangang seseorang itu memudar. Seperti kaset film, aku di kembalikan ke tempat semula. Di kamar dan terjaga. Pukul 00.00 sudah berganti menjadi 01.46. Aku tidak ingin memikirkan kata-kata seseorang itu, tetapi kata-kata itu terus saja teringat di pikiranku.

  *****




Sabtu, 31 Mei 2014

Ilusi

0 comment :)
         Saya terdiam menatap layar komputer ini. Lembar kerja saya nampak putih kosong belum ada coretan sama sekali. Beberapa kali saya mencoba menuliskan beberapa kalimat di layar komputer kemudian saya menghapusnya kembali. Seolah-olah tidak ada kata yang cocok untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran saya. Lembar kerja saya kosong kembali dan saya terdiam lagi menatap layar komputer. Saya membuka jendela kamar agar mendapatkan inspirasi, tetapi yang ada saya terdiam melihat jalan-jalan yang berada di bawah kamar saya. Apabila menoleh ke kanan, saya dapat melihat pos ronda yang sering ramai dengan pemuda-pemuda desa. Sedangkan sebelah kiri, terdapat sepasang kekasih sedang bercumbu di bawah lampu jalan yang reman-remang. Saya menikmati setiap apa yang saya lihat malam itu.
      Layar komputer itu masih menyala. Lembar kerja saya masih putih kosong. Sepasang kekasih yang sedang bercumbu itu kemudian menghilang entah tak tahu kemana. Sedangkan pos ronda masih ramai dengan para pemuda desa. Handphone saya sepertinya berbunyi. Terdengar dering lagu yang cukup nyaring di ruangan ini. Saya berharap yang menelepon saya adalah . . . . ah sudahlah, mana mungkin itu terjadi. Saya mengangkat telepon itu, hanya mengatakan kata iya beberapa kali dan kata saya laksanakan di saat terakhir merupakan inti dari pesan si penelepon itu kepada saya. Komputer itu masih menyala dengan lembar kerja yang masih putih kosong. Saya memandangi langit. Nampak indah dengan bintang-bintangnya.
       Saya melihat kembali jalan-jalan yang berada di bawah kamar saya. Sekarang nampak mulai sepi, pos ronda yang tadinya ramai, mulai kehilangan para pemuda desa yang sedang berjaga, dan dengan penglihatan apa adanya, saya melhat sebuah motor di bawah lampu remang-remang. Saya mengenali motor itu. Dari fisiknya hingga warnanya. Saya memperhatikan motor di bawah lampu remang-remang dari bawah sampai atas. Hei !! ada seseorang yang duduk di motor itu. Seorang pria dengan kaos dan celana pendek hijaunya. Pria yang selalu hampir menemani hari-hari ku dengan segala hal yang di milikinya.
         Layar komputer itu tidak menyala lagi mungkin baterainya habis. Lembar kerjaku tentu saja tidak bisa dilihat. Sepertinya masih putih kosong. Aku masih melihat pria itu di sana. Tanpa pikir panjang, aku segera menutup kamar ku, aku turun ke lantai bawah untuk memastikan keberadaan pria itu. Jantungku berdebar, pikiranku hanya tertuju untuk pria itu. nafas ku terengah-engah. Sesampainya di bawah, aku hanya melihat jalanan yang kosong yang diterangi oleh lampu remang-remang, sedangkan pos ronda itu hanya tersisa beberapa pemuda yang sedang bermain kartu. Pria itu ternyata tidak ada. Mungkin itu hanya ilusi yang saya ciptakan karena keinginan bertemu denganmu.
         Saya kembali ke kamar saya. Kembali menyalakan layar komputer saya dan membuka lembar kerja saya. Tangan saya mulai mengetikan sesuatu di lembar kerjanya. Sekarang lembar kerja itu tidak putih kosong, tetapi terdapat kata-kata yang sesuai dengan apa yang ingin saya ungkapkan. Dalam paragraf terakhir, saya mencoba memberikan kesimpulan atas semua hal yang sudah ketik dalam lembar kerja;
    


   Jika dengan ilusi, aku dapat melihat rupamu. Aku ingin selalu menciptakan ilusimu setiap hari.

Minggu, 04 Mei 2014

Saya (anak) Rindu Dengan Kamu

1 comment :)
Wahai malam dengarkan keluh kesah ku hari ini. Aku ingin bercerita tentang orang yang ku sayangi. Iya, baru saja saya mengucapkan kata sayang itu. Baru juga tersadar, bahwa sebenarnya saya sangat menyayanginya. Wahai malam, mengapa saya, baru menyadari hal tersebut. Saya (anak) memang tidak pernah bisa mengatakan secara langsung bahwa saya menyayangi mereka (kedua orang tua). Mereka yang terkadang suka memarahi saya, terkadang menyebalkan bagi saya, terlalu ikut campur, dan membatasi kebebasan saya, dibalik semuayang telah mereka lakukan sebenarnya memang untuk kebaikan anaknya.

Malam, kamu tahu rasanya kehilangan. Saya pernah mengalami kehilangan beberapa kali. Meninggalnya kakek dan akung sudah membuat saya tidak semangat, dan sekarang saya merasakan kehilangan itu lagi. Dia adalah lelaki pertama yang mendidik saya agak keras, terkadang sering mengajak bertengkar di rumah, tetapi sering mengantar maupun menjemput saya jika saya membutuhkan. Dibalik sosoknya yang disiplin, keras, berwibawa, keras kepala, egois, dan seenaknya sendiri dia adalah lelaki yang bekerja keras dan menyayangi keluarga.

Sayang, saya baru menyadari hingga pagi menjelang. Saya (anak) memang tidak bisa mengungkapkan rasa sayang secara langsung. Bahkan saya (anak) terkadang begitu egois dengan keinginanya sendiri. Iya, saya ingat dia (lelaki yang menyayangi keluarga) memang sering bertengkar dengan saya, mungkin itu tanda sayangnya. Membuat rumah terlihat ramai. Kemudian dia tertawa, terus memeluk saya, mengelus rambut saya dan berkata "anak papa" sederhana,tetapi saat ini saya begitu merindukan kata-katai itu, perilakunya, bermanja-manja dengan beliau, bertengkar hal-hal sepele, bahkan saya rindu melarangnya untuk merokok di rumah.

iya, semua itu mungkin tidak akan pernah terulang lagi. saya hanya bisa mendoakannya saja. Dia (lelaki yang menyayangi keluarga) sudah tiada di dunia. 

" Pah, saya (anak) sayang padamu. Mungkin, rencana saya (anak) untuk menjadi seseorang yang dibanggakan oleh papa masih belum dapat saya wujudkan sebelum papa meninggal. Hanya kata maaf yang dapat saya katakan di blog ini. Saya (anak), mama, mas (anak pertama), dan semuanya keluarga besar menyayangi papa"



Senin, 21 April 2014

Rahasia Malam

0 comment :)
   Bangunlah, cintaku sayang, bangun! Karena hatiku saat ini memanggil namamu terus menerus di ruangan ini. Ruangan tempat aku terjaga menunggu kamu terbangun, ruangan yang mempertemukan aku dan kamu. Iya, cintaku. Hanya aku dan kamu. Malam semakin larut, suara angin dan detak jam dinding terdengar begitu keras di telingaku, banyak hal yang dapat aku lihat setelah warna gelap mengubah langit biru. Namun, hanya satu yang belum ku lihat, ya kamu. Kamu masih tetap tidak terbangun, masih terlelap dalam tidurmu. Cintaku, aku masih menunggumu untuk terbangun dan berharap kamu dapat menemani malamku yang sepi ini.
     
       Aku masih percaya akan adanya keajaiban, iya keajaiban kamu akan terbangun dari tidur lelapmu itu, cintaku. Malam ini aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku mempunyai keyakinan dapat melihat wajah tersenyumu itu. Kamu tahu, aku mulai berkhayal dan membayangkan dirimu saat terbangun cintaku. Kamu akan tersenyum dengan lesung pipitmu itu, kemudian memeluk tubuhku yang sudah begitu rindu dengan pelukanmu, beberapa kali mengusap kepala ku disaat kepanikan mulai menyerangku, dan mencium keningku sebagai rasa cinta dan tanda sayangmu. Malam sudah semakin larut dan kamu masih belum terbangun dalam tidurmu.

       Wahai cintaku, aku mempunyai rahasia yang ingin kubagi denganmu. Hanya denganmu yang masih tertidur. Kamu tahu, malam demi malam sudah aku lalui, menunggu kamu di ruangan ini, dan berharap kamu terbangun dari tidurmu. Namun, aku hanya tertawa gentir melihat dirimu masih terlelap dalam tidurmu. Mungkin aku sudah mulai terlelah menunggu sesuatu yang tidak pasti ini cintaku. Tanpa aku sadari, aku ikut terlelap di sampingmu. Akhirnya, aku melihat dirimu terbangun di saat aku terlelap di sampingmu. Kita begitu dekat, tetapi hanya terdiam, saling tersenyum, saling bertatapan satu sama lain, kemudian saling melihat raga kita masing-masing yang sudah tertimbun di tanah kuburan ini.



                                                            - selesai -
 

Selasa, 15 April 2014

Selamat Telah Ujian

0 comment :)
selamat malam semua

postingan malam ini seharusnya sih untuk bulan maret, tetapi karena kesibukan dan modem yang tidak lagi bersahabat, ya apa mau dikata akhirnya baru sempat mengetikan di blog sekarang.

Akhir Maret merupakan hari tersibuk keberapa yang saya rasakan. Tidak sesibuk organisasi ataupun jadi panitia buat acara besar, tetapi jadi pengurus hati untuk seseorang sebut saja inisialnya iqbal, terkadang ada yang memanggilnya rizaldin. Sesi menjadi pengurus konsumsi yang sok sibuk akhirnya saya terima, padahal saya nggak pernah tau makanan yang layak buat dosen, tetapi dia percaya begitu aja saat saya mengurusi konsumsinya para dosen :))

Oke, kita skip bagian konsumsinya karena terlalu mudah. Hei !! kebalikannya kali. Kalian tau, telat sedikit saja ke toko kue, jajanan yang enak dan murah langsung habis. Namun, dia masih percaya bahwa saya dapat mengurusi konsumsi dia. Tepat tanggal 25 Maret 2014 cie masih inget aja yah, akhirnya dia pendadaran. pendadaran nih. serius pendadaran !!! Kalian tau rasanya? terharu dicampur senang. Iya serius, walaupun belum merasakan hal demikian, tetapi mendengar hal seperti itu turut bahagia cie. Yak, tanggal 25 Maret itu ya, iseng aja sih nungguin dia selesai pendadaran. serius nunggu itu membosankan. Ada beberapa teman yang ikut menunggu, pertama saya melihat satu, dua, tiga, lima dan seterusnya. Namun, karena tak kunjung keluar ya, perlahan-lahan dari yang banyak yang nunggu itu menjadi tiga, dua termasuk saya.

Entah disebut berkah atau kebetulan ternyata kelas yang akan dilaksanakan hari itu libur semuanya. Sebelumnya saya berniat untuk mengikuti kelas, tetapi membayangkan jika saya nanti pendadaran tidak ada yang menunggu, serius itu miris, sepi, dan sunyi. Kemudian saya memutuskan untuk menunggu dia, walaupun ada beberapa waktu saya menunggu sendiri, tetapi melihat dia selesai ujian, lagi-lagi rasa campur aduk saya rasakan. Entahlah mungkin terbawa suasana hehe :v
take by me

Kalian jangan bertanya mengapa tidak ada bunga ketika dipendadarannya, karena bunga sudah terlalu mainstream, makanya saya ganti dengan coklat tulisan. Serius. Ini (mungkin) pertama kali dan hal yang jarang banget saya lakukan. Apalagi buat seseorang yang masih terbilang belum terlalu lama, tapi terasa sudah lama mengenalnya #eh #salahfokus. Btw,ada foto pas dia selesai pendadaran, tetapi karena males ngedit jadi di screen shoot aja dari media sosial meuhehe


oh iya, foto pertama yang megang coklat sama pakai kemeja putih sama yak orangnya. cuma poninya aja yang beda. kayaknya sih lagi jelek gitu poninya. lagi nggak kece badai, kalau potong rambut yak !! kecenya lumayan sih dan tolong jangan ditanya foto yang pakai baju pink, dia pengurus hati yang tadi kita bicarakan.

oke, cukup sekian repost saya tentang 25 Maret 2014, walaupun terlambat yang penting ke posting. Toh nggak ada yang baca juga. Malam :))



Sabtu, 18 Januari 2014

Kepala Ayam, Salahkah !!

0 comment :)
Salahkah? itu kata yang terucap apabila ada yang bertanya kok makan kepala ayam? iya kepala ayam. Mereka yang bertanya seperti itu nampaknya belum merasakan kenikmatan melucuti kulit ayam dari bawah sampai atas. Apalagi kalau ayamnya di goreng kering, di opor ditambah sambal kentang, dan dibakar (lumayan juga). Memang memakan kepala ayam sepertinya nggak umum, sepertinya. Namun, tidak dapat dipungkiri kepala ayam juga mempunyai daya tarik tersendiri untuk disantap bersama makanan-makanan yang lain. Terkadang, masyarakat berpikir bahwa kepala ayam hanya sebuah limbah dari seekor ayam.

Kalian tahu, pernah suatu ketika saya mengambil kepala ayam disuatu angkringan, pfft sebenarnya tidak boleh diceritakan sih tapi yaudahlah. Pendamping makan saya tidak disebutkan berinisial i.r menatap heran saya. Mungkin ya, dia berpikir saya pemakan segalanya, termasuk kepala ayam

Dia     : (menatap heran)
Saya   : kenapa?
Dia     : makan kepalanya enak? (masih heran)
Saya   : (hening)

Jika membayangkan ekspresi mukanya, saya seperti nggak tega makan kepala ayam. Mungkin dia berpikir kalau saya sejenis wanita yang nggak suka memakan makanan sejenis itu atau tidak menyangka bahwa pendamping makan adalah pemakan segalanya. Semoga nggak kapok menjadi pendamping makan ya hehe. Tidak hanya dia yang merespon seperti ini. Kakak saya, Iya dia kakak saya yang nafsu makannya hampir sama seperti saya jikalau saya dirumah pfft, bertanya seperti itu dan terkesan mengejek. Ooh asy(spasi)emm.

Kakak : Lo makan kepala?
Gue    : iya, kenapa?
Kakak : wajar sih mahasiswa
Gue    : .......syemm

Salahkah !!! harus saya katakan lagi apakah salah memakan kepala ayam. Sampai kakak sendiri pun berkata demikian. Mereka seakan-akan berkata sadis, kepalanya juga dimakan. terkesan bahwa saya buas. pfft. Padahal kalau mereka-mereka mulai mencoba menikmati kepala ayam, saya yakin pada bakal KETAGIHAN ! pasti minta lagi dan lagi. Btw ini salah satu kepala ayam yang enak disantap kalau ada sambal atau nasinya meuhehe.





Kamis, 16 Januari 2014

Abdul & The Coffee Theory - Cinta Versi Kita

0 comment :)
Aku ingin kamu jadi kekasih hatiku
Sekarang dan selamanya
Dunia terasa indah, seakan milik kita
Saat kita bersama

Inilah cerita kita
Kita buat bersama selamanya

Jangan pernah engkau berubah, jangan pernah ragu padaku
Kau kan selalu terindah di cinta versi kita
Jangan pernah jauh dariku, jangan pernah tinggalkan aku
Kau kan selalu terindah di cinta versi kita

Kamu ingin aku jadi pendamping hatiku
Sekarang dan selamanya

Inilah cerita kita
Kita buat bersama selamanya

Jangan pernah engkau berubah, jangan pernah ragu padaku
Kau kan selalu terindah di cinta versi kita
Jangan pernah jauh dariku, jangan pernah tinggalkan aku
Kau kan selalu terindah di cinta versi kita

Jangan pernah engkau berubah, jangan pernah ragu padaku
Kau kan selalu terindah di cinta versi kita
Jangan pernah jauh dariku, jangan pernah tinggalkan aku
Kau kan selalu terindah di cinta versi kita

Di cinta versi kita
Di cinta versi kita
Kau dan aku ooo






Minggu, 12 Januari 2014

(sekadar) maaf dan kamu

0 comment :)
pernah merasakan hal ini? secara tidak langsung dapat dikatakan pernah. lebih tepatnya menyadari hal-hal yang seperti ini akan datang, jika kalian memiliki pasangan seperti pada gambar disamping kiri (yang sedang-mengalami-tekanan atau tertekan dari lingkungan ataupun keluarganya)

Bukan !! setiap orang pasti mengalami hal demikian, sama seperti di gambar ini. Jadi nggak bermaksud menyindir ataupun menkritik para pasangan yang seperti ini. Entah pria maupun wanita yang berkata demikian secara langsung maupun tidak langsung seharusnya intropeksi diri menyadari bahwa orang tersebut ingin dimengerti lebih mendalam oleh pendengarnya. Memang setiap pasangan mempunyai jalan cerita sendiri. Terkadang harus dimulai dari yang sedih dahulu baru bahagia, dari yang bahagia menjadi sedih, atapun dari masa susah menjadi masa sukses milik berdua kalau jadi dimasa depan #eh.

kalian tahu, di tulisan ini tidak hanya saya selaku manusia yang bercerita maupun mengeluarkan hal-hal yang tidak penting. Namun, organ-organ saya yang lain juga melakukan hal sama. Meminta izin kepada saya manusia, agar dapat mengeluarkan hal-hal yang ingin mereka utarakan dan mereka bagian dari saya juga bukan !!

bercerita tentang pasangan yang merasakan hal-hal seperti digambar. Hati ternyata ingin mengeluarkan isi hatinya untuk hati yang lain. Ya, saya berharap hati tidak menulis hal-hal yang membuat saya memalukan dimata kalian. selamat membaca !!!

maaf adalah kata pertama jikalau mereka merasakan hal itu
hal-hal yang menghambat keinginan mereka
jikalau saya ada dikondisimu
saya mungkin dapat merasakan hal yang sama

atau mungkin, sebenarnya beban kita sama
cuma berbeda cara penyampaiannya
kondisi kamu memang belum saya rasakan
tapi perasaan tertekan dengan lingkungan
ataupun karena mereka
saya pernah merasakannya

yang diketahui, kita mempunyai masa depan
yang harus dibentuk dan dibuat sendiri
mungkin terdengar klise
ataupun terlalu motivasi
padahal bukan motivator

jikalau kamu mengalami banyak tekanan
bolehlah datang dan berkunjung untuk bertemu hati dan saya
agar perasaan tertekan itu hilang
walaupun tidak memberikan solusi

hanya butuh berbagi untuk mencapai sebuah mimpi #hening #eaaa #alay

 

Amateur Writer Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template